Tujuan Dan Taktik Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural - Pada postingan sebelumnya telah dijelaskan perihal ibarat apa konsepsi dari pendidikan multikultural. Maka, pada postingan kali ini, akan mengulas mengenai bagaimana tujuan dan taktik pendidikan multikultural itu sendiri. Berikut ulasan singkatnya.
Dalam konsep pendidikan multikultural, fokus dari pendidikan multikultural tidak lagi diarahkan semata-mata pada kelompok rasial, agama, dan kultural domain atau mainstream. Fokus demikian ini pernah menjadi tekanan pada pendidikan interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang berasal dari kelompok minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream. Pendidikan multikultural sebetulnya merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti terhadap perbedaan (difference) atau politic of recognition (politik pengakuan) terhadap orang-orang dari kelompok minoritas. Lebih singkatnya, tujuan inti dari subjek pendidikan multikultural yaitu untuk mencapai pemberdayaan (empowerment) bagi kelompok-kelompok minoritas dan disadvantaged.
Baca juga: Konsepsi Pendidikan Multikultural
Bagian terpenting dari pada pendidikan multikultural yaitu bagaimana menumbuhkan sensitivitas peserta didik akan kebudayaan, budaya masyarakat yang bersifat plural? Dengan bahasa lain, bagaimana orang-orang sanggup berguru perihal banyak sekali macam alternatif untuk mempersepsi, berperilaku, dan mengevaluasi kelompok lainnya sehingga mereka sanggup menyesuaikan kepada multikultur yang dibutuhkan untuk kesejahteraan bersama, tanpa melaksanakan pengurangan penerimaan akan etnisitasnya sendiri yang orisinal.
Karakteristik Pendidikan Multikultural
Menurut Tilaar, pendidikan multikultural biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Tujuannya membentuk insan budaya dan membuat masyarakat berbudaya (berperadaban)
- Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusian, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (cultural)
- Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis), dan
- Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laris anak didik yang mencakup persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya (H.A.R Tilaar, 2004: 59).
Tujuan Pendidikan Multikultural
Dalam konteks di atas sanggup dikatakan, tujuan utama dari pendidikan multikultural yaitu untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan tenggang rasa terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Dan yang terpenting dari taktik pendidikan multikultural ini tidak hanya bertujuan biar supaya siswa gampang memahami pelajaran yang dipelajarinya. Akan tetapi, juga untuk meningkatkan kesadaran mereka biar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan demokratis.
Secara lebih operasional, Judith H. Kazt, sebagaimana dikutip Ardiansyah, menyatakan ada empat tujuan pendidikan multikultural, yaitu:
- Memberikan pengalaman berguru kepada peserta didik guna mengenalkan secara kritis kemampuan penilaian untuk melawan isu-isu ibarat realisme, demokrasi, partisipatory, dan exime.
- Mengembangkan keterampilan peserta didik untuk penjelasan nilai, termasuk kajian untuk mentransmisikan nilai-nilai yang laten dan manifes.
- Menguji dinamika keberagaman budaya dan implikasinya kepada taktik pembelajaran guru.
- Mengkaji variasi kebahasaan dan keberagaman gaya berguru peserta didik sebagai dasar bagi pengembangan taktik pembelajaran yang sesuai.
Strategi Pendidikan Multikultural
Agar berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan di atas, yakni menawarkan perspektif multikultural kepada para peserta didik. Maka, ada beberapa taktik yang harus dilakukan dalam konteks pendidikan multikultural, antara lain: Pertama, berguru bagaimana dan di mana memilih tujuan, informasi yang akurat perihal kelompok-kelompok kultur yang beragam. Kedua, mengidentifikasikan aspek-aspek positif individu atau kelompok etnik yang berbeda.
Ketiga, berguru toleran untuk keberagaman melalui eksperimentasi di dalam sekolah dan kelas dengan praktek-praktek dan kebiasaan yang berlainan. Keempat, mengembangkanlah perilaku-perilaku yang empatis melalui bermain tugas (role playing) dan simulasi. Kelima, menerapkan penggunaan “perpective glasses”, yakni melihat suatu even babakan sejarah, atau isu-isu melalui perspektif kelompok budaya atau lainnya.
Keenam, membuatkan rasa penghargaan diri (self-esteem) seluruh peserta didik. Ketujuh, mengidentifikasikan dan analisis streotip budaya. Dan kedelapan, mengidentifikasikan semua kasus diskriminasi serta prasangka sosial yang berasal dari kehidupan peserta didik sehari-hari (P.H. Martorella, 1994: 16).
Demikianlah ulasan mengenai tujuan dan taktik pendidikan multikultural. Semoga sanggup menambah wawasan kebangsaan sahabat-sahabat dan sanggup membuka pikiran untuk selalu bersikap toleran dan saling menghargai perbedaan. Sehingga pada risikonya menyebabkan bangsa Indonesia bangsa yang sangat disegani.