Pembentukan Aksara Dimulai Semenjak Dini
Pembentukan Karakter Dimulai Sejak Dini - Masa usia dini ialah masa keemasan, artinya masa tersebut merupakan masa terbaik dalam proses berguru yang hanya sekali dan tidak pernah akan terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan akan menjadi penentu bagi sifat-sifat atau aksara anak di masa dewasa. Peran ibu-ayah sebagai pendidik pertama dan utama sangat penting untuk memaksimalkan dan memanfaatkan masa ini, tidak sanggup digantikan oleh siapa pun. Bila masa ini gagal dimanfaatkan secara baik, sama artinya menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut. Pembentukan aksara juga akan sulit dilakukan, jikalau ibu-ayah gres melaksanakannya dikala anak sudah memasuki usia remaja. Ibarat sebatang pohon bambu yang semakin bau tanah semakin sulit dibengkokkan, begitu pula dengan membentuk karakter, akan lebih gampang membentuk aksara seseorang dikala masih di usia dini dan akan semakin sulit membentuk aksara seseorang jikalau sudah semakin dewasa.
Baca juga: Pembentukan Karakter Anak Usia Dini
Peran ibu-ayah menjadi sangat penting dalam pembentukan aksara anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang. Pada awalnya anak akan menjiplak sikap ibu-ayah, alasannya ialah ibu-ayah ialah orang pertama yang erat dan dikagumi oleh anak. Setelah itu, lingkungan rumah juga kuat dalam pembentukan aksara anak. Hal ini sanggup terlihat dari cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya. Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Peran ibu-ayah menjadi sangat penting dalam pembentukan aksara anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang. Pada awalnya anak akan menjiplak sikap ibu-ayah, alasannya ialah ibu-ayah ialah orang pertama yang erat dan dikagumi oleh anak. Setelah itu, lingkungan rumah juga kuat dalam pembentukan aksara anak. Hal ini sanggup terlihat dari cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya. Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kesuksesan ibu-ayah membimbing anaknya di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Mereka akan tampil sebagai orang-orang yang bahagia belajar, terampil menuntaskan masalah, berkomunikasi, dengan baik dan berhasil guna, berani, jujur, sanggup mengemban amanah dan diandalkan, penuh perhatian, toleransi, luwes, serta bisa bersaing dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Mengingat pentingnya penanaman aksara di usia dini dan mengingat usia tersebut merupakan masa persiapan untuk sekolah, maka pembentukan aksara nyata di usia dini dalam keluarga menjadi sangat penting.
Pembentukan Karakter Berlangsung Seumur Hidup
Proses pembentukan aksara diawali dengan kondisi pribadi ibu-ayah sebagai figur yang kuat untuk menjadi panutan, keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-anak. Anak lebih gampang menjiplak sikap daripada menuruti pesan yang tersirat yang diberikan ibu-ayahnya. Mereka berguru melalui mengamati apa yang ada dan terjadi di sekitarnya, bukan lewat pesan yang tersirat semata-mata. Nilai yang diajarkan melalui kata-kata, hanya sedikit yang akan mereka lakukan, sedangkan nilai yang diajarkan melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Sikap dan sikap ibu-ayah sehari-hari merupakan pendidikan tabiat yang terjadi secara berkelanjutan, terus-menerus dalam perjalanan umur anak.
Proses selanjutnya ialah menunjukkan pemahaman dan teladan sikap kepada anak wacana baik dan buruk, benar atau salah, mana yang boleh dan dilarang dilakukan. Anak juga perlu diajarkan untuk sanggup memilah dan menentukan sesuatu yang baik, sehingga ia bisa mengerti tindakan apa yang harus diambil, serta bisa mengutamakan hal-hal nyata untuk dirinya. Untuk itu diharapkan suasana pendidikan yang menganut prinsip 3A, yaikni asih (kasih), asah (memahirkan), dan asuh (bimbingan). Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik kalau mendapat perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian, serta dalam situasi yang dirasakan nyaman dan damai.
Mencintai Anak Tanpa Syarat
Anak akan menyebarkan pergaulan sosialnya secara sehat, jikalau dalam diri mereka ada perasaan berharga, berkemampuan, dan pantas untuk dicintai. Setiap anak membutuhkan perhatian, sapaan, penghargaan positif, dan cinta tanpa syarat sehingga anak sanggup menyebarkan seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya dengan baik. Berdasarkan pengalaman ini anak juga akan memperlakukan orang lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara nyata sesuai dengan nilai-nilai sopan santun yang diperoleh. Anak pun akan memahami, teman-temannya juga pantas dihargai, dicintai, dan diperhatikan ibarat dirinya.
Menunjukkan cinta tanpa syarat tidak berarti ibu-ayah tak boleh menegur perbuatan negatif anak. Ibu-ayah tetap harus menegur dan menunjukkan hukuman atas pelanggaran atau perbuatan negatif tersebut. Perlu pemahaman ibu- ayah untuk membedakan antara ”perbuatan yang dilakukan” dengan “pribadi” anak itu sendiri. Bukan “pribadi” anak itu yang menciptakan ibu-ayah marah, tetapi salah satu perbuatannya. Tunjukkan kesalahan sikap atau perbuatannya sekaligus tetap menghargainya sebagai anak. Cinta tanpa syarat berpusat pada “pribadi” anak, sedangkan pendisiplinan berfokus pada sikap atau sikap tertentu anak.
Membentuk Karakter Sesuai Tahapan Perkembangan Anak
Dalam membentuk aksara anak, ibu-ayah perlu memahami tahapan perkembangan anak.
- Usia 0 - 18 Bulan
Tahun pertama kehidupan anak menjadi penting dalam membangun aksara anak. Caranya dengan membangun kualitas hubungan antara ibu-ayah dan anak. Kepekaan ibu-ayah terhadap kebutuhan anak menjadi akar dari pembentukkan aksara anak. Jika ibu-ayah peka atau tanggap terhadap kebutuhan anak, maka anak akan merasa nyaman dan tumbuh rasa percaya di dalam dirinya. Contoh, dikala anak menangis, ibu/ayah segera tiba dan menenangkannya; dikala lapar, ibu segera menyusuinya. Dari sini anak belajar, peka/tanggap terhadap kebutuhan orang lain adalah hal yang baik untuk dilakukan alasannya ialah menyebabkan rasa nyaman dan percaya. Sebaliknya, jikalau ibu-ayah tidak peka/tanggap terhadap kebutuhan anaknya di tahun pertama kehidupan, anak akan merasa tidak nyaman, sehingga tidak tumbuh rasa peka dan percaya terhadap orang lain di dalam dirinya.
- Usia 18 Bulan - 3 Tahun
Anak belum sanggup memahami apa yang benar dan salah. Anak belum memahami jikalau memukul orang lain itu salah, misalnya. Anak mengetahui perbuatan apa yang boleh dilakukan dan dilarang dilakukan alasannya ialah ibu-ayah memberitahukannya atau alasannya ialah ibu-ayah memberinya konsekuensi. Pada tahap ini anak belajar, mematuhi ibu-ayah ialah suatu norma.
- Usia 3 Tahun - 6 Tahun
Anak mulai menjiwai nilai-nilai yang diterapkan oleh ibu-ayah di dalam keluarga. Anak juga mulai memahami, setiap perbuatannya sanggup mempunyai akhir tertentu sesuai dengan yang diajarkan oleh ibu-ayah. Misalnya, jikalau memukul adik, maka adik akan menangis; tangan itu dipakai bukan untuk memukul tetapi untuk melaksanakan hal yang baik ibarat membelai, mengusap, dan mendekap.
Demikianlah sekelumit uraian singkat mengenai pembentukan aksara dimulai semenjak dini. Semoga bisa menjadi materi renungan kita bersama dalam hal mendidik anak. Karena bagaimanapun juga anak merupakan suatu anugerah walaupun di dalamnya terdapat suatu tanggung jawab juga. Karena anak sebuah keluarga akan terasa lengkap, alasannya ialah anak juga lah orang bau tanah akan menuai manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat, alasannya ialah anak juga lah orang bau tanah akan selalu mendapat doa-doa yang sudah dijanjikan akan didengar oleh Yang Kuasa.