Landasan Permainan Berhitung Di Taman Kanak-Kanak (Tk)

FAST DOWNLOADads
Download
Landasan Permainan Berhitung di Taman Kanak-Kanak (TK) - Postingan kali ini membumikan pendidikan akan share mengenai permainan berhitung di taman kanak-kanak atau TK. Ada beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu sebagai berikut:
Landasan Permainan Berhitung di Taman Kanak Landasan Permainan Berhitung di Taman Kanak-Kanak (TK)

Tingkat Perkembangan Mental Anak

Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan mencar ilmu memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya mencar ilmu sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan mencar ilmu pada anak harus diadaptasi dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, lantaran mencar ilmu bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri.

Anak usia Taman Kanak-kanak berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak bisa mempertimbangkan perihal besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).

Masa Peka Berhitung Pada Anak

Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah mengambarkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang renta dan guru di Taman Kanak-kanak harus tanggap, untuk segera memperlihatkan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak sanggup terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.

Anak usia Taman Kanak-kanak yaitu masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, lantaran usia Taman Kanak-kanak sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila menerima stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan kiprah perkembangan-nya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui banyak sekali macam permainan tentunya akan lebih efektif lantaran bermain merupakan wahana mencar ilmu dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol hingga dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh lantaran itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.

Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya

Hurlock (1993) menyampaikan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa senang berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan sanggup melakukan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget juga menyampaikan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi sanggup dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman kongkrit, lantaran dasar perkembangan mental yaitu melalui pengalaman-pengalaman aktif dengan memakai benda-benda di sekitarnya. Pendidikan di Taman Kanak-kanak sangat penting untuk mencapai keberhasilan mencar ilmu pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana mencar ilmu (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan Taman Kanak-kanak akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pembinaan biar anak bisa membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara mencar ilmu mendasar, yang mencakup kegiatan yang sanggup memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, membuatkan konsep diri (perasaan bisa dan percaya diri), melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiatif.

Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, permainan berhitung di Taman Kanak-kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:
a. Penguasaan konsep
Pemahaman dan pengertian perihal sesuatu dengan memakai benda dan insiden kongkrit, menyerupai pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
b. Masa Transisi
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara sedikit demi sedikit sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, saat guru menjelaskan konsep satu dengan memakai benda (satu buah pensil), bawah umur sanggup menyebutkan benda lain yang mempunyai konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
c. Lambang
Merupakan visualisasi dari banyak sekali konsep. contohnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.

Selain Landasan Teori tersebut di atas ada pendapat lain perihal “Bagaimana Anak Belajar Berhitung Permulaan”. Anak mencar ilmu berhitung bukan dari mengerjakan LK (lembar kerja) tetapi dari banyak sekali kegiatan permainan. Contoh:
  • ketika anak menata meja, ia mencar ilmu perihal memasangkan benda yang sesuai, sendok dan garpu, gelas dan tatakannya, dan seterusnya.
  • Saat anak bermain balok anak mencar ilmu perihal perbedaan dan seterusnya. Karena itu manfaatkan hari-hari dengan mengenalkan konsep berhitung melalui bermain.

Matematika merupakan proses yang terus menerus dan anak perlu tahapan dari yang konkrit ke arah yang abstrak. Tahapan tersebut mencakup :
  • Kongkrit : Berikan anak material yang kasatmata untuk disentuh, dilihat dan diungkapkan melalui kemampuan lisan anak.
  • Visual : Perlihatkan anak pada gambar-gambar yang mewakili konsep
  • Simbol : Perkenalkan symbol-simbol yang mewakili konsep
  • Abstrak : Anak memahami betul konsep 4.

Urutan-urutan proses mencar ilmu tersebut sangat penting untuk dilakukan lantaran anak memerlukan banyak sekali pengalaman yang kasatmata dengan benda yang kasatmata pula sebelum berlanjut ke visual maupun abstrak. Berikan dorongan dengan banyak sekali aktifitas pelatihan, waktu untuk bereksplorasi, material untuk di manipulatif, penghargaan dan penguatan.

Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana seharusnya kita memperkenalkan konsep bilangan dari 1 hingga 9?


Bilangan yang mulai dipelajari oleh bawah umur yaitu bilangan untuk menghitung kuantitas. Artinya bilangan itu menunjuk besarnya kumpulan benda misalnya: Bilangan ini berbeda dengan bilangan urut (bilangan ordinat), seperti: Pertama ……., kedua ........, ketiga ........ dst. Yang dipakai untuk menerangkan urutan. Penggunaan jari sanggup dilakukan untuk menyebut urutan bilangan. Oleh lantaran itu, marilah kita tinggalkan cara menghitung yang sekedar memperlakukan bilangan sebagai nomor urut dalam satu deretan, seperti: Satu, dua, tiga, empat.......dst.

Contoh : Cara mengajarkan konsep bilangan 3
  • Ibu: Adi, bawalah 2 buah jeruk kesini, jeruknya ada berapa anak-anak? 2 ibu guru, Adi kini bawa lagi 1 buah jeruk letakan akrab jeruk yang dua buah tadi, ayo kita lihat jeruk yang dibawa oleh Adi. Sekarang jeruknya ada berapa? Ada 3 bu. Yah itulah bilangan 3
  • Ibu: Ani, tolong ambilkan 3 buah duku, berikan kepada ibu, berapa dukunya Ani? Coba dihitung, satu........dua...........tiga. ya itulah bilangan 3, berapa anak-anak? Tiga bu guru. Sekarang Wiwin, Anto dan Diki, coba dihitung 3 ubin yang ada didepan bu guru. Ya bagus, itu bilangan 3
  • Ibu: Nah, kini bawah umur sudah tahu bilangan 3.

Demikianlah uraian mengenai Landasan Permainan Berhitung di Taman Kanak-Kanak (TK). Semoga sanggup enginspirasi sahabat-sahabat membumikan pendidikan dan tentunya mudah-mudahan ada manfaatnya.
FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url