Hakikat Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)

FAST DOWNLOADads
Download
Hakikat Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD) - Setelah pada postingan sebelumnya telah membumikan pendidikan share perihal landasan atau dasar aturan pendidikan anak usia dini. Maka pada postingan kali ini, membumikan pendidikan akan share mengenai apa hakikat pembelajaran anak usia dini.

Untuk memulai postingan kali ini, membumikan pendidikan akan mengulas mengenai apa itu pembelajaran pendidikan anak usia dini? Pembelajaran yaitu proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan berguru (Depdiknas – UU Sisdiknas, 2003: 4). Pembelajaran berdasarkan behaviorisme yaitu upaya pendidik untuk membantu anak didik melaksanakan kegiatan berguru sehingga menghasilkan perubahan sikap pada anak didik (Tulus Tu’u, 2004: 64). Dari definisi tersebut, jikalau dihubungkan dengan pendidikan usia dini maka kita sanggup menyampaikan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi anak usia dini dengan guru dan sumber berguru pada suatu lingkungan berguru untuk membantu membimbing anak berguru dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laris menjadi lebih baik.
 Setelah pada postingan sebelumnya telah membumikan pendidikan share perihal landasan atau Hakikat Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pembelajaran di PAUD intinya menerapkan esensi bermain alasannya bermain merupakan dunia kerja anak usia prasekolah. Menurut Anggani Sudono (2000: 1) bermain yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memperlihatkan informasi, memberi kesenangan maupun membuatkan imajinasi pada anak. Melalui bermain, anak sanggup memetik aneka macam manfaat bagi semua aspek perkembangan. Akan tetapi, prinsip bermain sambil berguru yang diterapkan dalam pembelajaran di PAUD seringkali disalah artikan, dengan menganggap bahwa pembelajaran di PAUD isinya hanya bermain-main saja tanpa tujuan yang jelas. Sesungguhnya, kegiatan pembelajaran di kelompok bermain didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak berguru dengan tetap mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, bebas, merdeka, voluntir, dan demokratis. Oleh alasannya itu, kegiatan bermain yang sanggup membuatkan semua aspek perkembangan pada diri anak (baik fisik motorik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional) yang didesain dalam pembelajaran di PAUD.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey; Rubin, Fein & Vandenberg (dalam Johnson et al, 1999), ada beberapa ciri kegiatan bermain yaitu :
  • Dilakukan berdasarkan motivasi internal yaitu anak ikut bermain berdasarkan keinginannya sendiri serta untuk kepentingannya sendiri.
  • Kegiatan bermain diwarnai oleh perasaan emosi positif.
  • Fleksibilitas yang ditandai dengan mudahnya beralih kegiatan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain
  • Lebih menekankan proses yang berlangsung daripada hasil akhir. Saat bermain, perhatian anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung daripada tujuan yang ingin dicapai (tidak memiiki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya). Misalnya anak bermain kartu huruf, ia tidak mempunyai tujuan untuk berguru mengenal karakter atau menciptakan kata. Jika sehabis bermain anak bisa membuatkan kosa kata interaksi dengan huruf, itu yaitu dilema lain. Partisipasi bermain lebih penting daripada tujuan bermain.
  • Bebas menentukan kegiatan main
  • Memiliki kualitas akal-akalan alasannya memungkinkan anak bereksperimen dengan hal-hal baru.

Pendidik PAUD harus kreatif dan inovatif dalam mendesain lingkungan main bagi anak supaya esensi bermain mewarnai kegiatan berguru anak. Sebagai pola untuk membuatkan kemampuan mengenal warna, guru sanggup menata lingkungan main dengan beberapa pilihan kegiatan ibarat mewarnai gambar, finger painting, mencap, melukis dengan kelereng, membatik dan menjumput, melukis cermin, ataupun melukis dengan benang. Dengan demikian berarti guru telah memperlihatkan kebebasan pada anak untuk memilih, adanya fleksibilitas untuk beralih dari satu jenis kegiatan ke kegiatan lainnya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, selama proses bereksperimen dengan warna pada kegiatan yang dipilih anak pun bisa mengenal warna.


Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD

Dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Bermain sambil belajar; b) Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak; c) Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak; d) Kreatif dan Inovatif; e) Pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif; f) Menggunakan pembelajaran terpadu; g) Pembelajaran membuatkan keterampilan hidup; h) Pembelajaran berpusat pada anak; i) Demokratis; j) Bermakna.


Pembelajaran Terpadu di PAUD

Dalam pembelajaran terpadu atau disebut juga dengan pembelajaran tema, semua bidang pengembangan pada kurikulum (baik kognitif, bahasa, fisik/motorik, seni, moral dan nilai-nilai agama) dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan berguru yang saling terintergrasi dan berpusat pada satu tema yang dipilih. Semua kegiatan pembelajaran tersebut hendaknya melibatkan pengalaman eksklusif (hands on experince), alasannya hal ini memungkinkan anak menggeneralisasikan pengetahuan dan keterampilannya dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya (Eliason dan Jenkin, 1994).

Adapun dalam pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
  • Kedekatan : Tema hendaknya dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak.
  • Kesederhanaan : Tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak. Pendidik sanggup menentukan tema yang lebih sederhana supaya tema sanggup lebih efektif dan fokus. Contoh: tema “Binatang”, berdasarkan Pendidik masih terlalu rumit dan luas, pendidik bersama anak sanggup menentukan tema yang lebih sempit misal: tema “komodo keajaiban alam dunia”.
  • Kemenarikan : Tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak. Tema-tema tertentu sanggup dibentuk lebih menarik dan dibedakan antara tema KB, Taman Kanak-kanak A maupun Taman Kanak-kanak kelompok B, supaya anak didik tertarik dan tidak akan membosankan anak alasannya pengulangan tema yang sama dengan sub tema yang sama. Contoh: Tema pekerjaan
1. Sub tema pada anak kelompok bermain (KB): sub tema “ pekerjaan orang tuaku” (misalnya : dokter, petani, nelayan, polisi, pegawai bank, insiyur, dll), sub tema “cita-cita” (misalnya: pilot, guru, pelaut, arsitek, dokter, dll)
2. Sub tema pada Taman Kanak-kanak kelompok A: sub tema “pekerjaan disekitar TK-ku” (misalnya: guru, satpam, tukang ojek, penjual kue, petugas kebersihan, dll)
3. Sub tema pada Taman Kanak-kanak kelompok B: “pekerjaan di kota semarang” (misalnya: pedagang di kampung pecinan gang baru, pedagang di kauman, pedagang di Pasar Johar, nelayan, dan pedagang ikan di pantai, tukang pos di kantor pos, masinis di Stasiun Tawang, dll)
  • Keinsidentalan : Peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada ketika pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu, tujuannya supaya anak menerima pengalaman yang bermakna pada kejadian khusus walaupun hanya beberapa hari atau satu minggu.
Contoh: Sub tema “bunga indah untuk ibu” dalam tema “hari ibu”.
Pemilihan tema-tema yang akan digunakan selama satu tahun pelajaran dilakukan sebelum tahun pelajaran di mulai. Tema yang sudah dipilih dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan tema. Agar anak didik dan guru (pendidik) sanggup melaksanakan kegiatan eksplorasi kegiatan secara tuntas melalui wahana tema tersebut. Rentang waktu sekitar satu bulan (empat minggu) untuk satu tema, merupakan rentang waktu yang cukup untuk eksplorasi.

Identifikasi tema menjadi sub tema sudah dilakukan pada awal tahun pelajaran tetapi identifikasi sub tema menjadi sub tema yang lebih spesifik lagi sanggup digali lagi oleh guru melalui kegiatan percakapan dengan anak pada selesai kegiatan pada tema sebelumnya sehingga sub tema akan dijadikan payung kegiatan benar-benar diperoleh dari sudut pandang penerima didik (focus pada minat anak) bukan dari sudut pandang pendidik. Contoh: tema Binatang ternak, sub tema: ayam.

Sub tema kemudian diidentifikasi menjadi aneka macam kegiatan yang terkait dengan sub tema tersebut. Agar lebih gampang pendidik sanggup memakai kalimat tanya “5 W 1 H”, yaitu: apa (What); siapa (Who); kapan (When); dimana (Where); mengapa (Why); dan bagaimana (How).

Langkah selanjutnya dalam menerapkan pembelajaran tematik yaitu guru menyusun planning kegiatan mingguan (RKM) dan diikuti dengan planning kegiatan harian (RKH). Perencanaan mingguan/harian sanggup disusun dalam bentuk, antara lain RKM/RKH model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman dan RKM/RKH, model pembelajaran berdasarkan minat (sudut/area/sentra).

Demikianlah uraian singkat mengenai hakikat pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD). Semoga sanggup bermanfaat dan menambah wawasan sahabat-sahabat membumikan pendidikan yang budiman.
FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url