Penanaman Pendidikan Huruf Semenjak Dini

FAST DOWNLOADads
Download
Penanaman Pendidikan Karakter Sejak Dini - Dampak globalisasi yang terjadi ketika ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan huruf bangsa. Peristiwa menyerupai korupsi, kongkalikong dan nepotisme yang terjadi ketika ini memperlihatkan bahwa masyarakat ternyata bisa melaksanakan tindakan yang sebelumnya mungkin belum pernah terbayangkan. Hal itu alasannya yakni globalisasi telah membawa kita pada “penuhanan” bahan sehingga terjadi ketidak seimbangan antara pembangunan ekonomi dan tradisi kebudayaan masyarakat.

Sebenarnya bila kita kembali melihat jenis mata pelajaran yang diajarkan mulai dari SD hingga dengan Perguruan Tinggi, upaya dalam melaksanakan pendidikan kebijaksanaan pekerti di Indonesia telah dilakukan, yaitu dalam bentuk pengintegrasian pendidikan tersebut dengan mata pelajaran yang sesuai menyerupai agama dan PPKn. Namun dengan kondisi yang kita alami kini ini yaitu krisis moral, pendidikan yang bernuansakan kebijaksanaan pekerti menyerupai agama dan PPKn tersebut dianggap telah gagal menjalankan misinya. Penyebabnya antara lain menyerupai yang disebutkan dalam bukunya Masnur muslich yang berjudul Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional alasannya yakni tiga hal:

  • Pertama, pelajarn-pelajaran yang menyebarkan huruf bangsa menyerupai Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak menekankan pada aspek kognitif dari pada aspek afektif dan psikomotor. Penilaian dalam jasus pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai belum secara total mengukur sosok utuh pribadi siswa.
  • Kedua, meskipun materinya potensial untuk pendidikan demokrasi dan kewarganegaraan, tetapi tidak bisa berkembang alasannya yakni pendekatan dalam pembelajarannya bersifat indoktrinatif, regimentatif (bersifat kekuasaan), monologis, dan tidak partisipatif.
  • Ketiga, substansi pelajaran itu lebih teotitis. Tidak heran bila terdapat kesenjangan yang terang antara teoritis dan perihal yang dibahas dengan realitas sosial politik yang ada.

Dari klarifikasi di atas sanggup disimpulkan bahwa bersama-sama pendidikan di Indonesia telah berusaha untuk menanamkan pendidikan kebijaksanaan pekerti dalam proses pendidikan terbukti dengan pengintegrasian pendidikan dengan mata pelajaran Agama Islam dan PPKn namun ternyata secara operasional hanya menekankan pada aspek kognitif saja padahal kebijaksanaan pekerti itu menyangkut aspek afektif yang berupa sikap dan sikap penerima didik untuk di praktekkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Budi pekerti berisi nilai-nilai sikap insan yang diukur berdasarkan kebaikan dan keburukannya yang diubahsuaikan dengan norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya/adat istiadat masyarakat. Budi pekerti akan melahirkan sikap positif yang dimana diperlukan sanggup terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian penerima didik.
Penanaman Pendidikan Karakter Sejak Dini Penanaman Pendidikan Karakter Sejak Dini
Penerapan pendidikan kebijaksanaan pekerti bisa dilakukan dengan banyak sekali seni administrasi pengintegrasian menyerupai dalam acara sehari-hari di sekolah, sebagai berikut:

Pertama, melalui peneladanan/pemberian pola eksklusif kepada penerima didik. Pemberian contoh/peneladanan ini bisa dilakukan oleh kepala sekolah, staf tata perjuangan sekolah, para guru, satpam, tukang kebun, penjaga sekolah yang sanggup di jadikan model bagi penerima didik. Intinya pihak sekolah harus memperlihatkan pola yang baik terlebih dahulu sebelum diterapkan kepada penerima didik.

Kedua, evaluasi eksklusif terhadap penerima didik menyerupai para guru contohnya eksklusif mengetahui sikap/tingkah laris penerima didik yang kurang baik, contohnya yang sering kita liat yaitu mencoret dinding, tidak sopan terhadap guru, suka terlambat, suka menciptakan ribut dikelas, mencontek ketika ujian dan sebagainya.

Ketiga, melalui teguran. Guru perlu menegur penerima didik yang melaksanakan sikap jelek dan mengingatkannya semoga mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru sanggup membantu mengubah tingkah laris mereka. Cara ini akan berhasil tentunya apabila guru sudah bisa menjadi teladan bagi penerima didik. Kalau para guru sendiri sering dilihat berperilaku jelek oleh muridnya tentu akan sangat sulit cara ini bisa berjalan. Kaprikornus tidak hanya penerima didik yang diharuskan berperilaku baik tetapi para guru juga harus mengintrospeksi diri sebelum menegur atau mengajarkan sikap baik kepada penerima didik.

Keempat, kondisi lingkungan sekolah yang baik artinya suasana sekolah perlu di kondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik untuk menunjang keberhasilan penanaman pendidikan kebijaksanaan pekerti disekolah menyerupai contohnya pihak sekolah menyediakan daerah sampah disetiap kelas, memasang slogan-slogan mengenai pentingnya kebijaksanaan pekerti yang gampang dibaca oleh penerima didik, aturan/tata tertib juga harus ditempelkan ditempat-tempat yang memungkinkan siswa untuk sering melihat dan membacanya. Jangan hanya ditempel di ruang guru yang dimana mustahil penerima didik sering berada disana.

Kelima, acara rutin. Pihak sekolah menciptakan jadwal acara yang harus dilakukan oleh penerima didik setiap hari. Misalnya sebelum mulai pelajaran harus berdoa terlebih dahulu begitu juga ketika simpulan pelajaran harus ditutup dengan do’a bersama, membersihakn kelas/belajar, membiasakan shalat berjamaah, membiasakan shalat duha terlebih dahulu sebelum mulai acara berguru mengajar dan sebagainya.

Kalau acara di atas bisa dilakukan secara konsisten, maka pendidikan kebijaksanaan pekerti yang diperlukan Insya Allah bisa terwujud. Karena niat dan tujuan yang baik tentu harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula dan sedini mungkin. Semoga bisa membuka wawasan kita dan bisa bermanfaat.
FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url