Kontribusi Agama Dalam Pengembangan Abjad Muslim

FAST DOWNLOADads
Download
Pengembangan Karakter - Pada postingan kali ini, akan share mengenai Kontribusi Agama dalam Pengembangan Karakter Muslim. Bahwa untuk mengakibatkan insan mempunyai abjad mulia (berakhlak mulia), insan berkewajiban menjaga dirinya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin, selalu menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin diri, dan berusaha melaksanakan perbuatan-perbuatan terpuji serta menghindarkan perbuatan-perbuatan tercela. Setiap orang harus melaksanakan hal tersebut dalam banyak sekali aspek kehidupannya, jikalau ia benar-benar ingin membangun karakternya.
  akan share mengenai  Kontribusi Agama dalam Pengembangan Karakter Muslim

Pengembangan Karakter dalam Islam

Sebagai salah satu agama samawi (bersumber dari wahyu Tuhan), Islam menawarkan pembelajaran yang tegas wacana abjad atau akhlak. Apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. selaku pembawa agama Islam, harus diteladani oleh semua pengikutnya (umat Islam). Nabi Muhammad Saw. berhasil membangun abjad umat Islam sesudah menempuh waktu yang usang (sekitar 13 tahun) dan dengan kerja keras yang takkenal lelah. Nabi memulainya dengan training agama, terutama training kepercayaan (keimanan).

Dalam konsep Islam, budbahasa atau abjad mulia merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan Islam (syariah) yang didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (akidah). Seorang Muslim yang mempunyai kepercayaan yang besar lengan berkuasa niscaya akan mematuhi seluruh ketentuan (ajaran) agama Islam dengan melaksanakan seluruh perintah agama dan meninggalkan seluruh larangan agama. Inilah yang disebut takwa. Dengan pelaksanaan ketentuan agama yang utuh baik kuantitas dan kualitasnya, seorang Muslim akan mempunyai abjad mulia ibarat yang sudah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad beserta para sahabatnya.


Dengan demikian, agama mempunyai kiprah besar dalam pembangunan abjad manusia. Agama menjamin pemeluknya mempunyai abjad mulia, jikalau ia mempunyai kesepakatan tinggi dengan seluruh anutan agamanya. Sebaliknya, jikalau pemeluk agama mempunyai agama hanya sebagai formalitas belaka tanpa memperhatikan dan mematuhi anutan agamanya, maka yang terjadi sering kali agama tidak bisa mengantarkan pemeluknya berkarakter mulia, malah agama sering menjadi tameng di balik ketidakberhasilan membangun abjad pemeluknya. Karena itulah, tidak sedikit orang yang lari dari agama dan ingin pertanda bahwa ia bisa berkarakter tanpa agama. Inilah opini sebagian masyarakat yang bekerjsama keliru. Sebab abjad yang dibangun tanpa agama yaitu abjad yang tidak utuh. Bagaimana orang dikatakan baik atau jelek karakternya jikalau ukurannya hanyalah berbuat baik kepada insan saja dan mengabaikan kekerabatan vertikalnya (ibadah) kepada Tuhan.

Pembinaan Karakter dalam Masyarakat dan Lingkungan

Pembinaan abjad (akhlak) juga harus dilakukan dengan masyarakat pada umumnya yang bisa dimulai dari kolega atau teman dekat, teman kerja, dan kekerabatan lainnya. Dalam pergaulan kita di masyarakat bisa saja kita menjadi belahan yang tidak terpisahkan dengan mereka, entah sebagai anggota biasa maupun sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, kita perlu menghiasi dengan budbahasa yang mulia. Karena itu, pemimpin hendaknya mempunyai sifat-sifat mulia, ibarat mempunyai kemampuan, arif pengetahuan supaya urusan ditangani secara profesional, mempunyai keberanian dan kejujuran, lapang dada, penyantun, serta tekun dan sabar. Dari bekal perilaku inilah pemimpin akan sanggup melaksanakan kiprah dengan amanah dan adil, melayani dan melindungi rakyat, dan bertanggung jawab serta membelajarkan rakyat. Sedangkan sebagai rakyat kita berkewajiban patuh, memberi pesan tersirat kepada pemimpin jikalau ada gejala penyimpangan.


Di samping itu, training budbahasa juga harus dilakukan terhadap makhluk lain, ibarat dengan binatang, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya. Akhlak yang dikembangkan yaitu cerminan dari kiprah kekhalifahan insan di bumi, yakni untuk menjaga supaya setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan-Nya. Dalam kondisi apa pun (di masa perang atau damai) insan dihentikan merusak hewan dan flora kecuali terpaksa. Semua sudah diciptakan dan diatur sesuai dengan aturan alamnya masing-masing dan diadaptasi dengan tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr: 5).

Pendekatan yang utilitarian dan homosentris terhadap alam bertujuan untuk memanfaatkan alam demi kesejahteraan masyarakat. Gifford Pinchot, salah seorang penganjur etika pertolongan alam (conservation ethics), menyatakan bahwa sumber-sumber daya alamiah hendaknya dipakai dengan bijaksana guna menciptakan:
Kesejahteraan optimal bagi sebanyak mungkin orang dalam kurun waktu selama mungkin pula.
Untuk menjamin tercapainya tujuan itu, ia menganjurkan supaya pengelolaan lingkungan hidup serta sumber-sumber daya alamiah yang vital ditangani oleh negara. Pihak pemerintah harus mengambil keputusan menurut prinsip bahwa masyarakat hendaknya mendapat manfaat yang besar dari perjuangan untuk memelihara sumber-sumber daya alamiah yang sanggup diperbarui (I. Bambang Sugiharto dan Agus Rahmat W, 2000: 70).

Demikianlah ulasan mengenai Kontribusi Agama dalam Pengembangan Karakter Muslim, semoga bisa menambah wawasan keilmuan sahabat-sahabat khususnya dalam pengembangan abjad dan bisa diaplikasikan dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.
FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url