Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Pusat Di Paud
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD - Setelah pada postingan sebelumnya membumikan pendidikan telah share mengenai model pembelajaran dengan pendekatan kelompok, sudut, dan area. Maka model pembelajaran inovaif di PAUD yang terakhir yaitu model pembelajaran dengan pendekatan Sentra. Apa itu model pembelajaran dengan pendekatan pusat itu?
Baca juga: Model-Model Pembelajaran Inovatif di PAUD
Model pembalajaran pusat yaitu pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam “lingkaran” (circle times) dan pusat bermain. Lingkaran yaitu ketika di mana pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memperlihatkan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sehabis bermain. Sentra bermain yaitu zona atau arena bermain anak yang dilengkap dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan bulat yang dibutuhkan untuk membuatkan seluruh potensi dasar anak didik dalam banyak sekali aspek perkembangan secara seimbang. Sentra yang dibuka setiap harinya diubahsuaikan dengan jumlah kelompok di setiap PAUD. Pembelajaran yang berpusat pada pusat dilakukan secara tuntas mulai awal acara hingga final dan fokus oleh satu kelompok usia PAUD dalam satu pusat kegiatan. Setiap pusat mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimotor atau fungsional, bermain tugas dan bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Bermain Sensorimotor atau Main Fungsional
Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968). Maksudnya yaitu anak usia dini berguru melalui panca inderanya dan melalui kekerabatan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berafiliasi dengan majemuk materi dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung jikalau lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berafiliasi dengan banyak tekstur dan banyak sekali jenis materi bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.
Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas seharusnya ditempatkan dalam banyak sekali cara sepanjang hari biar mereka sanggup berafiliasi penuh dengan kesempatan bermain. Tergantung pada berat ringannya kondisi yang membatasi gerak dan daya penggerak, pengasuh yang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan khusus” bisa memperlihatkan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam-macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensormotorik. Setiap perjuangan dibentuk untuk menyediakan serangkaian penuh pengalaman sensormotorik masing-masing anak. Contohnya, daerah tidur ayunan dan ayunan luar yang dipakai untuk memperlihatkan kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk berayun di samping sobat yang tidak dengan kebutuhan khusus. Adapun tahapan main sensorimotor yaitu sebagai berikut:
- Sensorimotor 1
Mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan jawaban pancaindera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya; mainan dan benda lain tidak digunakan. Contoh: memercikkan air dengan tangan, menepuk pasir, bertepuk atau melambaikan tangan.
- Sensorimotor 2
Mengulang-ulang gerakan dengan benda, atau beberapa, beberapa waktu untuk menjaga beberapa lingkungan yang menarik pandangan, pendengaran, atau yang terkait dengan perabaan; berbeda dengan Sensorimotor empat bahwa beberapa gerakan diulang-ulang; ini merupakan reaksi perputaran kedua. Contoh: memukul-mukul sekop dalam pasir, menuang air dari wadah melalui tangan, dan memercikkan sebuah mainan ke dalam air.
- Sensorimotor 3
Mengulang-ulang urutan alasannya akhir sederhana yang menjadi tujuan pertama yang dipilihnya, kemudian menentukan cara untuk mencapainya. Mengosongkan/ mengisi, menyembunyikan/ menemukan, membangun/ merobohkan. Contoh: (1) Mengisi keranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau tangan (anak terlihat mempunyai tujuan mengisi wadah dan menggunakan urutan sebab/akibat yang sederhana [misalnya: mengisi sekop dan menuangkannya ke dalam wadah] untuk mencapai tujuan). (2) Menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko tersebut. (3) Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam air atau pasir. (4) Menyusun balok-balok ke atas, kemudian merobohkannya kembali.
- Sensorimotor 4
Percobaan coba-coba dan salah. Tema atau tujuan umum main di pertahankan, tetapi sikap untuk mencapai tujuan sifatnya luwes, cara dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Perilaku mungkin mempunyai perasaan “Saya sedang mencoba mengerti ini”. Contoh: (1) Anak mengisi keranjang dengan pasir menggunakan sebuah sekop, tetapi menggunakan sekop dengan banyak sekali cara selama main. (2) Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkan dengan banyak sekali cara sambil mengamati air yang dituang.
Jika anak terlibat main peran, tubuh anak atau benda dipakai dalam berpura-pura. Perencanaan yang melibatkan gerakan atau bahasa, maka dipakai evaluasi main peran.
Main Peran (Mikro dan Makro)
Main tugas juga disebut main simbolik, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga hingga enam tahun (Vygosky, 1967; Erikson, 1963). Main tugas dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kolaborasi kelompok, perembesan kosa kata, konsep kekerabatan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut pandang spasial, keterampilan pengambilan sudut pandang afeksi, keterampilan pengambilan sudut pandang kognisi (Gowen, 1995).
Main tugas membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan membuat kembali masa lalu. Mutu pengalaman main tugas tergantung pada variabel di bawah ini:
- Cukup waktu untuk bermain (penelitian menyarankan paling sedikit satu jam).
- Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak, alat-alat gampang dijangkau, dan paling sedikit empat hingga enam anak sanggup bermain dengan nyaman.
- Alat-alat untuk mendukung majemuk adegan permainan.
- Orang cukup umur yang sanggup memberi pijakan jikalau dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main tugas anak.
Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main tugas pada anak usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Orang cukup umur harus peduli terhadap mulut wajah bahwa wajah sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman, kekerabatan timbal balik, mulut seluruh badan, rasa cemas terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan dengan gerakan tubuh inilah menjadi dasar yang penting pada main tugas selanjutnya.
Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro dan makro. Main tugas mikro anak memainkan tugas dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, teladan sangkar dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. Main tugas makro anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang dipakai anak untuk membuat dan memainkan peran-peran, teladan menggunakan baju dan menggunakan kotak kardus yang dibentuk menjadi mobil-mobilan atau benteng.
Sentra main tugas harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk majemuk main peran. Untuk anak tiga hingga enam tahun dengan perkembangan terlambat dari anak usia dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling.
- Agen Simbolik (Diarahkan pada apa/siapa, siapa yang mendapatkan tindakan).
- Pengganti Simbolik (melibatkan alat-alat yang digunakan).
- Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, main naskah pendek dalam konteks yang sama).
Demikianlah uraian singkat mengenai Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD. Semoga sanggup bermanfaat. Untuk uraian mengenai apa itu biro simbolik, pengganti simbolik dan kerumitan simbolik berikut satu lagi dari tiga jenis bermain dalam pendekatan pusat yakni bermain konstruktif akan diuraikan pada kesempatan berikutnya.