Hakikat Puasa Bagi Manusia
Hakikat Puasa bagi Manusia - Siang ini situs membumikan pendidikan akan share mengenai bekerjsama apa esensi atau hakikat puasa bagi manusia. Sudah sahabat-sahabat ketahui bahwa puasa yaitu ibadah yang tiada sanggup indera insan mengamatinya, dan yang tahu niscaya hanyalah Allah Swt dan orang yang bersangkutan. Dengan demikian puasa yaitu suatu ibadah yang pribadi bekerjasama dengan Allah Swt. Oleh alasannya yaitu itu, ibadah dan kebaktian ini tiada yang mengetahui secara niscaya kecuali Allah Swt, kemudian Dia sandarkan pada Dzat-Nya sendiri.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
“Segala amal perbuatan insan yaitu hak miliknya, kecuali puasa. Puasa itu bagi-Ku, dan Akulah yang berhak membalas dengannya”
Atau puasa disandarkan pada Dzat-Nya Allah itu, lantaran puasa suatu bentuk ibadah dimana pelakunya mustahil menyekutukan Allah. Jauh berbeda dengan perbuatan orang-orang kafir dan musyrik yang menyembah patung, matahari dan bulan, dan sebagainya, tiada seorang pun dari mereka yang berpuasa ditujukan untuk patung dan sesembahan lainnya. Tapi ia berpuasa ditujukan bagi Allah Swt semata. Oleh alasannya yaitu itulah puasa disandarkan oleh Allah pada Dzat-Nya sendiri, menyerupai dalam firman-Nya di atas. Maksudnya Akulah yang berhak membalas dengannya, atas dasar kemurahan Tuhan, bukan hak tuntutan insan sebagai pelakunya.
Dalam redaksi yang lain, Abu al-Hasan dalam Kitab Mukhtashar Raudlah menjelaskan wacana hal tersebut, yakni setiap amal taat pahalanya surga, sedangkan puasa bertemu dengan-Ku, Aku memandangnya dan ia pun memandang-Ku. Tanpa adanya mediator (orang ketiga).
Baca juga: Pengertian Puasa dan Sejarah Diwajibkannya Puasa
Baca juga: Pengertian Puasa dan Sejarah Diwajibkannya Puasa
Perang dengan Musuh Allah
Menurut pendapat sementara Ulama, yang dimaksud dengan puasa ialah berperang menundukkan musuh Allah (syahwat), alasannya yaitu penghubung syetan ialah syahwat dan syahwat menjadi tegar jawaban makan minum. Maka dengan cara puasa inilah musuh sanggup ditundukkan, tekanan syahwat dan makan minum dikurangi.
Baca juga: Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Ramadhan
Baca juga: Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Ramadhan
Riwayat Wajibnya Puasa
Sehubungan dengan perang menundukkan nafsu syahwat, telah diceritakan dalam proses diwajibkannya puasa:
"Bahwasanya Allah Swt sehabis selesai membuat akal, Dia berfirman: Wahai akal, menghadaplah kau kepadaku! Maka dengan segera logika menghadap-Nya. Lalu Allah menyuruhnya: Mundurlah wahai akal! Maka ia segera mundur mentaati perintah Allah Swt. Kemudian Allah Swt bertanya: Wahai akal, bekerjsama siapakah kau dan Aku ini? Akal menjawab: Ya Allah, Engkaulah sesembahanku, sedang saya hanyalah hamba-Mu yang lemah. Akhirnya ia dipuji oleh Allah dengan firman-Nya: Wahai akal, tiada makhluk yang Aku ciptakan lebih mulia dibandingkan kamu".
"Kemudian Allah Swt ciptakan pula nafsu, dan dikala ia disuruh menghadap Allah, sepatah katapun tiada jawaban darinya. Bahkan dikala ditanya oleh Allah: Siapa kau dan siapa Aku ini? Jawabnya: Aku ya aku, Kamu ya Kamu. Maka dengan demikian ia patut menjalani hukuman, jawaban tidak tahu diri, ia disiksa dilemparkan ke dalam kobaran api neraka jahannam selama 100 tahun. Dan sehabis habis masa hukumannya, ia dikeluarkan dari neraka. Lalu ditanya kembali oleh Allah: Siapa bekerjsama engkau, dan siapa pula Aku? Jawabnya tiada berbeda dengan dulu: Aku ya aku, Engkau ya Engaku. Akhirnya ia dieksekusi kembali, tapi kali ini ia dilemparkan dalam neraka lapar selama 100 tahun. Sehabis masa hukumannya ia ditanya kembali wacana siapa Penciptanya. Maka berkat sanksi lapar (Puasa) ia mengakui bahwa dirinya yaitu hamba yang lemah. Dan Allah Tuhannya, itulah sebabnya Allah mewajijbkan puasa baginya." (Misykah)
Demikianlah sekelumit ulasan mengenai hakikat puasa bagi manusia. Karena begitu pentingnya ibadah yang satu ini (puasa), sampai-sampai Allah sendiri yang pribadi menilai dan membalasnya. Semoga sanggup bermanfaat dan sanggup membuka lembaran gres dalam menunaikan ibadah puasa, lebih sanggup mawas diri dalam menjalankan, selalu mengisinya dengan memperbanyak amalan-amalan ibadah, berlomba-lomba dalam kebaikan lantaran di bulan Ramadhan semuanya akan dilipat gandakan dan kesudahannya kita sanggup mendapat hasil yang memuaskan yaitu tergolong ke dalam orang-orang yang dimuliakan oleh Allah lantaran takwa.