Pengertian Huruf Dan Alasan Pentingnya Pendidikan Karakter
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan insan Indonesia arif balig cukup akal ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya pendidikan aksara (Baca: Permasalahan Bangsa Dewasa Ini dalam Pembangunan Karakter). Sekolah dituntut untuk memainkan tugas dan tanggungjawabnya untuk menanamkan dan menyebarkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun aksara mereka dengan nilai-nilai yang baik. Baca juga: Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan aksara diarahkan untuk memperlihatkan tekanan pada nilai-nilai tertentu (seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil) dan membantu siswa untuk memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Pendidikan aksara diarahkan untuk memperlihatkan tekanan pada nilai-nilai tertentu (seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil) dan membantu siswa untuk memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Pengertian Karakter
Kata "character" berasal dari bahasa Yunani "charassein", yang berarti "to engrave" (melukis, menggambar), menyerupai orang yang melukis kertas, memahat kerikil atau metal. Berakar dari pengertian yang menyerupai itu, "karakter" kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan kesannya melahirkan sutu pandangan bahwa aksara adalah:
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), menyayangi yang baik (loving the good), dan melaksanakan yang baik (acting the good). Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam keadaan bodoh, dorongan-dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan sanggup memerintahkan atau menguasai nalar sehatnya. Maka, imbas yang mengiringi contoh pengasuhan dan pendidikan seseorang akan sanggup mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar menjadi beriringan secara harmoni atas bimbingan nalar dan juga pedoman agama.
Pola sikap yang bersifat individual, keadaan moral seseorang.Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang mempunyai karakter, cara yang sanggup diramalkan bahwa aksara seseorang berkaitan dengan sikap yang ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan, 1999: 5).
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), menyayangi yang baik (loving the good), dan melaksanakan yang baik (acting the good). Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam keadaan bodoh, dorongan-dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan sanggup memerintahkan atau menguasai nalar sehatnya. Maka, imbas yang mengiringi contoh pengasuhan dan pendidikan seseorang akan sanggup mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar menjadi beriringan secara harmoni atas bimbingan nalar dan juga pedoman agama.
Mengetahui yang baik berarti sanggup memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Mengetahui yang baik berarti menyebarkan kemampuan untuk menyimpulkan atau meringkaskan suatu keadaan, sengaja, menentukan sesuatu yang baik untuk dilakukan, dan kemudian melakukannya. Aristoteles menyebutnya dengan practical wisdom (kebijakan praktis). Memiliki kebijakan simpel berarti mengetahui keadaan apa yang diperlukan. Mengetahui, misalnya, siswa sanggup merencanakan acara mereka, menyerupai bagaimana mereka mengerjakan pekerjaan rumah mereka, menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman mereka. Tetapi kebijakan simpel tidak semata-mata wacana administrasi waktu, melainkan berkaitan pula dengan prioritas dan pemilihan sesuatu yang baik dalam semua suasana kehidupan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk menciptakan komitmen yang bijak dan menjaganya (Kevin Ryan, 1999: 5).
Selanjutnya Aristoteles mendefiniskan aksara yang baik sebagai tingkah laris yang benar dalam hubungannya dengan orang lain dan juga dengan diri sendiri. Di pihak lain, karakter, dalam pandangan filosof kontemporer menyerupai Michael Novak, ialah adonan atau perpaduan dari semua kebaikan yang berasal dari tradisi keagamaan, cerita, dan pendapat orang bijak, yang hingga kepada kita melalui sejarah. Menurut Novak, tak seorang pun yang mempunyai semua kebajikan itu, alasannya setiap orang mempunyai kelemahan-kelemahan. Seseorang dengan aksara terpuji sanggup dibedakan dari yang lainnya (Lickona, 1991: 50). Baca juga: Konsep Pendidikan Karakter
Tujuh Alasan Perlunya Pendidikan Karakter
Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan aksara itu harus disampaikan:
- Merupakan cara terbaik untuk menjamin belum dewasa (siswa) mempunyai kepribadian yang baik dalam kehidupannya;
- Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik;
- Sebagian siswa tidak sanggup membentuk aksara yang berpengaruh bagi dirinya di kawasan lain;
- Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan sanggup hidup dalam masyarakat yang beragam;
- Berangkat dari akar dilema yang berkaitan dengan problem moral-sosial, menyerupai ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran acara seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah;
- Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong sikap di kawasan kerja; dan
- Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bab dari kerja peradaban.
Demikianlah uraian singkat mengenai Pengertian Karakter dan Alasan Pentingnya Pendidikan Karakter. Semoga bisa bermanfaat dan sanggup memperlihatkan betapa pentingnya pendidikan aksara bagi kehidupan insan secara umum dan tugas yang dimainkan dunia pendidikan secara lebih khusus.