Kebutuhan Bermain Pada Anak Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak

FAST DOWNLOADads
Download
Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak - Dunia anak yaitu dunia bermain. Menurut Conny R. Semiawan tahun 2002, bermain yaitu acara yang dipilih sendiri oleh anak lantaran menyenangkan, bukan lantaran hadiah atau pujian.

Baca juga : Makna Bermain bagi Perkembangan Anak Usia Dini

Froebel dalam Brewer (2007: 41) menyampaikan bahwa permainan dalam pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi pembelajaran anak sehingga sanggup menjembatani anak antara kehidupan di rumah dan kehidupan anak di sekolah.

Bermain yaitu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi suatu kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi, apapun kegiatannya jika dilakukan dengan bahagia bisa dikatakan bermain. Bermain sanggup kuat terhadap perkembangan fisik, kreativitas, pengetahuan, tingkah laris sosial dan nilai moral anak.
Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak
Menurut Aase Erikse dalam bukunya yang berjudul Playground Design, Outdoor Environments for Learning and Development, menyampaikan bahwa fungsi bermain yaitu sebagai proses pembelajaran mengenai hukum tertentu, sarana pelepasan emosi dan cara anak memahami dunia dengan melaksanakan eksplorasi sebanyak-banyaknya dan tujuan bermain bagi anak yaitu untuk mengeluarkan energi yang berlebihan, melatih dan menyempurnakan insting, persiapan bagi anak untuk kehidupan masa depannya dan untuk memulihkan tenaga, penyegaran sehabis kegiatan mencar ilmu secara formal.

Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Anak

Bermain menunjukkan efek yang cukup besar terhadap perkembangan anak usia dini, yaitu :
  • Perkembangan fisik anak
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot-otot badan dan melatih seluruh belahan tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang hiperbola yang jika terpendam terus akan menciptakan anak menjadi tegang, gelisah dan gampang tersinggung.
  • Dorongan komunikasi
Agar sanggup bermain dengan baik bersama dengan yang lain, anak harus mencar ilmu berkomunikasi dalam arti mereka sanggup mengerti dan sebaliknya mereka harus mencar ilmu mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
  • Penyaluran emosi yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap mereka. Dalam bermain anak mencar ilmu bagaimana harus bersikap dan bertingkah laris biar sanggup bekerja sama antara satu dengan yang lain.
  • Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan impian yang tidak sanggup dipenuhi dengan cara lain seringkali sanggup dipenuhi dengan bermain.
  • Sumber belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari banyak sekali hal melalui buku, televisi atau menjelajah lingkungan sekitar.
  • Rangsangan bagi kreativitas
Kebebasan berekspresi yang didapat melalui kegiatan bermain menunjukkan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kreasinya sesuai dengan keinginannya.
  • Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuan mereka dan membandingkannya dengan teman-teman mereka dalam bermain.
  • Belajar bersosialisasi
Dengan bermain bersama anak lain, mereka mencar ilmu bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan dilema yang timbul dalam hubungan tersebut. Bermain juga melatih komunikasi anak dengan temannya.
  • Standar moral
Bermain sebagai standar moral, maksudnya walaupun mencar ilmu di rumah dan di sekolah perihal apa saja yang dianggap baik dan jelek oleh kelompok, namun tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
  • Mengembangkan kepribadian
Melalui hubungan yang terjadi antar sesama anggota suatu kelompok bermain, anak mencar ilmu bagaimana menjadi anak yang murah hati, jujur, sportif, sanggup mendapatkan amanah dan disukai orang lain.

Menurut Achdiani, 2004, bermain mempunyai kiprah sebagai sarana sosialisasi. Ada enam bentuk interaksi antar anak yang terjadi pada ketika mereka bermain, yaitu :
  • Unoccuped Play. Anak tidak benar-benar terlibat, melainkan hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian anak.
  • Bermain sendiri. Bermain sendiri biasanya tampak pada anak yang berusia amat muda. Anak sibuk bermain sendiri dan sepertinya tidak memperhatikan kehadiran anak lain di sekitarnya.
  • Pengamat. Kegiatan bermain dengan mengamati belum dewasa lain melaksanakan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya.
  • Bermain pararel. Bermain pararel tampak ketika dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melaksanakan gerakan atau kegiatan yang sama, tetapi jika diperhatikan tampak bahwa sebetulnya tidak ada interaksi di antara mereka. Bentuk kegiatan bermain ini tampak pada anak yang sedang bermain mobil-mobilan, menciptakan bangunan dari balok-balok dan sebagainya.
  • Bermain asosiatif. Bermain asosiatif ditandai dengan adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan, akan tetapi jika diamati akan tampak bahwa masing-masing anak sebetulnya tidak terlibat dalam bekerja sama. Contohnya yaitu anak yang sedang menggambar, mereka membuatkan pensil warna. Meskipun ada interaksi di antara mereka, namun sebetulnya kegiatan menggambar tersebut mereka lakukan sendiri-sendiri.
  • Bermain bersama. Bermain bersama ditandai dengan adanya kolaborasi atau pembagian kiprah dan pembagian kiprah antar belum dewasa yang terlibat dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Baca juga : Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini

Demikianlah uraian mengenai Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak. Semoga sanggup bermanfaat dan menambah wawasan sahabat-sahabat membumikan pendidikan yang budiman.
FAST DOWNLOADads
Download
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url